Senin, 30 September 2019

Dongeng Jaka Tarub dan 7 Bidadari

Jaka Tarub dan 7 Bidadari


Pada jaman dahulu di sebuah desa yang ada di pulau jawa, hiduplah seorang pemuda yang gagah dan tangkas. Dia adalah Jaka Tarub dan orang – orang memanggilnya dengan sebutan Jaka. Dia sangat suka berburu mencari hewan di hutan. Karena hobinya itu, Jaka selalu masuk ke dalam hutan yang lebat untuk menemukan hewan buruannya.

Pada suatu hari, Jaka hendak pergi berburu. Lalu pergilah dia menuju hutan yang lebat. Dia telusuri semua isi hutan itu untuk mencari hewan yang bisa menjadi buruannya. Berjam – jam sudah ia telah mencari, tetapi tak seekor binatang pun dia temukan. Akhirnya Jaka Tarub memutuskan untuk masuk lebih dalam lagi ke dalam hutan.

Sesampainya di tengah – tengah hutan yang lebat, Jaka Tarub pun tetap tidak menemukan hewan yang dicarinya. Akhirnya dia pun lelah dan memutuskan untuk beristirahat sejenak di dekat batu besar. Ketika dia tengah menyadarkan tubuhnya, dia mendengar suara - suara wanita yang tengah asyik bercengkerama di balik batu itu.

“Siapakah mereka itu ? apakah mungkin para gadis desa ? tetapi sepertinya itu mustahil karena tempat ini sangat jauh dari desa,” pikir Jaka Tarub kebingungan.

Karena merasa penasaran, Jaka Tarub lalu mengintip dari balik batu besar itu, dan alangkah terkejutnya Jaka Tarub, karena yang dia lihat adalah wanita – wanita cantik yang tengah bermain air di telaga itu. “Pasti mereka adalah bidadari – bidadari dari khayangan,” pikir Jaka Tarub.

Dia pun tertegun akan keindahan bidadari – bidadari itu, hingga matanya tertuju pada tumpukan selendang yang ada di atas batu tak jauh dari tempatnya berada. Kemudian timbullah niat untuk memiliki selendang itu dari dalam dirinya. Dia lalu merangkak dan mengendap – endap menuju tempat itu. Sesampainya di sana, dia mengambil salah satu selendang dan bersembunyi.

Setelah selesai membersihkan diri mereka, bidadari – bidadari itu satu persatu mengambil selendang miliknya dan bersiap untuk terbang. Namun, salah seorang diantara mereka tidak menemukan selendangnya dan dia pun tidak bisa terbang ke kayangan kembali. Karena waktu mereka telah hampir habis, dia ditinggal oleh teman – temannya sendiri di telaga itu. Bidadari itu merasa sedih dan menangis. Jaka Tarub yang sedang bersembuyi, lalu keluar dari tempat persembunyianya dan menghampiri wanita itu.

“Kenapa kau bersedih ?” Tanya Jaka Tarub

“Aku tidak bisa menemukan selendang milik ku. Akibatnya aku tidak bisa embali pulang ke rumah,” jawab bidadari itu sambil terisak.

“Aku adalah Jaka Tarub, siapa nama dirimu,” tanya Jaka Tarub.

“Aku Nawang Wulan,” jawab bidadari itu.

“Sudahlah mari ikut bersamaku karena hari sebentar lagi menjadi gelap,” bujuk Jaka Tarub.

Akhirnya bidadari itu pulang bersama Jaka Tarub. Semua orang yang ada di desa itu takjub dengan kecantikan wanita itu, tetapi tidak ada satu pun diantara mereka yang mengetahui asal – usul dirinya. Hari berganti hari, Jaka Tarub dan Nawang Wulan pun saling jatuh cinta, mereka pun akhirnya menikah.

Mereka berdua telah menjadi suami istri yang sangat bahagia. Setelah beberapa lama menikah, mereka kembali dilimpahkan kebahagiaan yang sangat besar karena mereka telah dikaruniai oleh seorang putri yang sangat cantik yang diberi nama Nawangsih. Kini mereka telah menjadi sebuah keluarga yang utuh dan bahagia. Jaka Tarub pun semakin giat dalam bekerja untuk menghidupi keluarganya itu.

Namun, pada suatu hari Nawang Wulan menuju gudang untuk mengambil persediaan beras. Ketika dia mengangkat tumpukan jerami yang ada di sana, Nawang Wulan sangat terkejut karena dia menemukan selendang miliknya yang telah hilang waktu itu. Kemudian dia menyadari bahwa selama ini suaminyalah yang telah mencuri dan menyembunyikan selendang itu.

Nawang Wulan pun marah dan pergi menemui suaminya untuk menanyai kebenaran itu. Setelah dipaksa Jaka Tarub akhirnya mengakui perbuatannya. Nawang Wulan yang terlanjur marah pun memakai selendang itu dan hendak kembali ke kayangan. Jaka Tarub mencoba untuk mencegahnya, tetapi tidak berhasil, dan akhirnya Nawang Wulan kembali ke kayangan.

Setelah kepergian istrinya, Jaka Tarub mengurusi seluruh keperluan anaknya, Nawangsih. Anaknya yang masih kecil itu terus menerus menanyai keberadaan ibunya, tetapi Jaka Tarub tidak bisa menjawabnya. Nawangsih terus menerus menangis hingga ia akhirnya jatuh sakit.

Jaka Tarub merasa sedih dengan kondisi anaknya itu. Dia pun berusaha untuk mengobati anaknya dengan membawa ke tabib – tabib yang ada di desa itu, tetapi tidak ada satu pun yang berhasil menyembuhkannya. Bahkan sakit Nawangsih bertambah parah. Jaka Tarub semakin sedih melihat kondisi putrinya . Dia tidak tahu harus kemana lagi membawanya.

Kemudian di tengah keputus asaan, dia membawa Nawangsih ke tempat yang tinggi. Di sana dia memanggil – manggil nama istrinya.“Nawang Wulan, kembalilah kepada kami. Lihat anak kita saat ini sedang sakit parah,” teriak Jaka Tarub.

Nawang Wulan yang melihat mereka dari atas kayangan bersedih melihat keadaan putrinya itu, lalu dia memutuskan untuk kembali turun ke bumi. Namun, ketika dia hendak turun, salah seorang bidadari mencegahnya.

“Jika kau kembali ke bumi, maka kau akan berubah seutuhnya menjadi manusia biasa,” kata bidadari itu. “Kalau itu demi kesembuhan putriku aku ikhlas menerimanya,” jawab Nawang Wulan.

Kemudian dia kembali turun ke bumi dan menemui keluarganya. Sejak saat itu, Nawangsih berangsur – angsur sembuh. Mereka pun akhirnya kembali menjadi sebuah keluarga yang utuh dan bahagia selamanya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makalah Renang

BAB I  Pendahuluan  1.1. Dasar Pembuatan makalah ini tentang bidang olahraga “renang” yang dibuat untuk memenuhi tugas Pendidikan J...