Senin, 14 Oktober 2019

Makalah Organisasi Pergerakan Masa Pendudukan Jepang


BAB  I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Masa pendudukan Jepang di Indonesia merupakan salah satu periode yang sangat penting dalam sejarah negeri ini. Masa itu sering itu dipandang sebagai latar belakang terjadinya revolusi dalam masyarakat maupun politik bangsa indonesia dalam usaha memerdekakan diri dari penjajahan.
Masa pendudukan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 dan berakhir pada tanggal 17 Agustus 1945 seiring dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno dan M. Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Pada Mei 1940, awal perang dunia II Belanda diduduki oleh Nazi Jerman. Hindia-Belanda mengumumkan keadaan siaga dan di bulan Juli mengalihkan ekspor untuk Jepag ke Amerika Serikat dan Inggris. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk megamankan persediaan bahan bakar pesawat gagal di bulan Juni 1941, dan Jepang memulai penaklukan Asia Tenggara di bulan Desember tahun itu. Di bulan yang sama, faksi dari Sumatra menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir dikalahkan Jepang pada Maret 1942.
Pada bulan Juli 1942, Soekarno menerima tawaran Jepang untuk mengadakan kampanye publik dan membentuk pemerintahan yang juga dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer Jepang. Soekarno, Mohammad Hatta, dan para kyai didekorasi oleh kaisar Jepang pad tahun 1943 tetapi pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat berpariasi, tergantung dimana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut.
Jepang membentuk pesiapan kemerdekaan yaitu BPUPKI ( Badan penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau ( Dokuritsu junbi Chosa-kai ) dalam bahasa Jepang. Badan ini bertugas membentuk persiapan-persiapan prakemerdekaan dan membuat dasar Negara dan di gantikan oleh PPKI yang bertugas menyiapkan kemerdekaan.
Oleh karena itu, pembahasan tentang pendudukan Jepang hingga menjelang kemerdekaan sangat menarik untuk dikaji karena memberikan pengaruh penting terhadap revolusi dalam masyarakat maupun politik bangsa indonesia dalam usaha memerdekakan diri dari penjajahan. Selain itu juga memberikan suatu informasi sehubungan dengan penjajahan Jepang di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah
·         Bagaimana Usaha Spionase Jepang di Indonesia ?
·         Bagaimana Aksi Propaganda Jepang di Indonesia ?
·         Bagaimana Kebijakan Pemerintah Militer Jepang ?

1.3 Tujuan
·         Mengetahui Usaha Spionase Jepang di Indonesia.
·         Mengetahui Aksi Propaganda Jepang di Indonesia.
·         Mengetahui Kebijakan Pemerintah Militer Jepang.














BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Usaha Spionase Jepang di Indonesia
Masa pendudukan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 dan berakhir pada tanggal 17 Agustus 1945 seiring dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno dan M. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Pendudukan Jepang di Indonesia diawali dengan pendaratan di kota tarakan pada  10 Januari 1942. selanjutnya menduduki Minahasa, Balikpapan (Balikpapan merupakan sumber-sumber minyak maka diserang dengan hati-hati agar tetap utuh, tetapi dibumihanguskan oleh tentara Belanda), ambon, Pontianak, Makasar, Banjarmasin, Palembang, dan Bali antara Januari sampai februari 1942.
Adapun serangan-serangan pasukan Jepang di Jawa diawali pada tanggal 1 Maret 1942, Jepang mendarat di Teluk Banten, Indramayu, dan Bojonegoro. Kemudian tanggal 5 Maret kota Batavia (Jakarta) jatuh ke tangan tentara Jepang dan dilanjutkan menduduki Buitenzorg (Bogor). Jepang menyerang di Pulau Jawa karena dipandang sebagai basis kekuatan politik dan militer Belanda. Serangan-serangan Jepang dalam waktu singkat dapat menjatuhkan negara-negara imperialis Belanda di Indonesia. Pasukan Belanda terkepung di Cilacap dan Bandung kemudian menyerah tanpa syarat kepada Jepang di Kalijati, Subang (Jawa Barat) pada tanggal 8 Maret 1942. Penyerahan ini ditandatangani oleh Panglima Tentara Hindia Belanda Letnan Jenderal Ter Poorten dan di pihak Jepang diwakili Jenderal Hitosyi Imamura. Peristiwa itu menandai pendudukan Jepang di Indonesia.
Setelah jatuh ke tangan Jepang. Indonesia berada di bawah pemerintahan militer. Pemerintahan militer Jepang di Indonesia terbagi dalam tiga daerah pemerintahan seperti berikut:
Wilayah Sumatra di bawah pemerintahan Angakatan Darat (Bala Tentara XXV) yang berpusat di Bukittinggi. Wilayaha Jawa dan Madura di bawah pemerintahan Angakatan Darat (Bala Tentara XVI) yang berpusat di Jakarta.Wilayah Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku di bawah pemerintahan Angkatan laut (Armada Selatan II) yang berpusat di Makassar. Pemerintahan di ketiga wilayah itu dipimpin oleh kepala staf tentara/armada dengan sebutan Gunseikan (kepala pemerintahan militer) dan kantornya disebut Gunseikanbu. Karena kekurangan tenaga pemerintahan, orang Jepang terpaksa mengangkat orang Indonesia unuk menduduki jabatan tinggi

2.2 Aksi Propaganda Jepang di Indonesia
Setelah berakhirnya pemerintahan Belanda di Indonesia, maka dimulailah kekuasaan baru yang dipegang oleh Jepang.
1)      Dengan kekuasaan kependudukan Jepang ini, mereka segera menyusun pemerintahan di daerah yang harus membantu keinginan dan misi Jepang, yakni tercapainya kemenangan perang bagi Jepang. Sifat pemerintahan ini lebih tepat dikatakan sebagai pemerintahan pendudukan dari pada pemerintahan jajahan, sebab perang masih berlangsung dengan sengitnya. Adapun bentuk pemerintahannya adalah pemerintahan militer.
2)      Pada masa pemerintahan militer ini, kebijakan demi kebijakan yang diambil senantiasa didasarkan atas perkembangan perang yang sedang terjadi. Secara garis besar, kebijakan yang dibuat pemerintahan militer Jepang meliputi tiga tahap, yaitu:tahap pertama (1942-1943) adalah tahap persuasif, padatahap ini jepang membuat dan memberikan janji-janji yang samar-samar mengenai konsesi-konsesi politik agar bangsa 1 Onghokham, 1989, Runtuhnya kekuasaan Di Hindia Belanda. Indonesia bersedia bekerja sama dengan pemerintah pendudukan Jepang. Tahap kedua (1943-1944) adalah tahap partisipasi dan mobilisasi, pada tahap ini orang-orang Indonesia dilibatkan dalam jabatan-jabatan pada kantor-kantor pemerintahan sebagai pendamping atau penasehat pejabat bagi kepentingan pemerintahan pendudukan Jepang. Tahap ketiga (1944-1945) adalah tahap peningkatan mobilisasi dengan memberikan suatu janji-janji politik tentang kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.
3)      Secara operasional pemerintahan pendudukan Jepang dilaksanakan oleh kepala staf yang disebut Guenseikan. Guenseikan ini membawahi departemen-departemen (bu) yang terdiri atas somubu(Departemen Urusan Umum), Naimubu (DepartemenDalam Negeri), Sangyobu (Departemen Perekonomian Zaimubu (Departemen Keuangan), Shidobu (DepartemeKehakiman), Keimubu (Departemen Kepolisian), Kotsubu (Departemen Lalu Lintas), Sendenbu (DepartemenPropaganda).
4)      Dalam rangka memperlancar pelaksanaan kebijakan mereka di wilayah pendudukan Jawa, Pemerintahan militer memerlukan alat untuk mengambil hati rakyat, dan alat inilah yang 3 Pemda Kotamadya TK. II, 1981, Sejarah Kota Bandung Periode Revolusi Kemerdekaan1945-1950,Pustaka,digunakan sebagai alat propaganda. Alat ini disalurkan kelapangan- lapangan yang jauh lebih luas dari pada lapangan kemiliteran, oleh karena itu organisasi propaganda-propaganda yang dibentuk jepang mempunyai tugas menyalurkan pesan ke lapangan masyarakat umum, sampai ke lapangan penghiburan dan kebudayaan.
Propaganda adalah penyiaran penerangan yang disiarkan dengan maksud mencari pengikut atau bantuan. Propaganda merupakan kata yang tidak asing lagi di kalangan orang Indonesia, terutama yang terlibat langsung dalam masa pendudukan Jepang. Perkataan ini memang sangat populer pada waktu Jepang menduduki Indonesia, dan merasuki hampir di segala aspek kehidupan. Propaganda Jepang dilakukan seiring dengan penaklukan terhadap negeri-negeri yang didudukinya. Keinginan yang besar dalam penaklukan ini bukanlah suatu hal yang baru timbul di dalam sejarah Jepang. Anggapan sebagai “bangsa terpilih” menguatkan kepercayaan bangsa ini akan tugas suci Jepang untuk menaklukan dan menguasai negeri orang. Dua ribu enam ratus tahun yang lalu Djinanmu Tennc, kaisar Jepang yang pertama, disebut-sebut sebagai raja pemberi“sabda suci” Hakko Ichiu, yang bertujuan menaruh ke delapan penjuru arah mata angin di bawah panji-panji dari Nippon. Bahkan rencana tertentu di dalam politikpenaklukan Jepang, seperti rencana “Lingkungan Kesemakmuran Asia Timur Raya”, dapat dicari kembali pada akhir abad-16.
Napoleon negeri Jepang itu, menyerang Korea dalam tahun 1592 sebagai batul oncatan untuk menguasai Tiongkok, tidak hanya bertujuan di situ saja. PolitikToyotomi Hideyoshi ialah suatu rencana kerajaan Asia yang besar dengan Tiongkok, Jepang dan Korea sebagai kelompok kesatuan yang pertama dankemudian diperluas dengan wilayah-wilayah Asia lainnya, sampai-sampai kedaerah Nanyo atau daerah lautan selatan. Dalam melakukan ekspansi dan imperialisnya, Jepang tidak hanya menjalankannya secara membabi buta tanpa diiringi sikap moral dan maksud baik dari Jepang. Mereka selalu mengatakan hal-hal seperti: “ingin membebaskan bangsa asia dari penjajahan barat” atau yang lainnya seperti “menciptakan Lingkungan Kesemakmuran Asia Timur Raya terhadap negara-negara yang ditaklukannya”. Hal ini dilakukan untuk menciptakan citra dikalangan rakyat jajahan, bahwa sebenarnya Jepang mempunyai maksud yang baik dan cita-cita yang besar untuk kebesaran bangsa Asia. Dengan bantuan para propagandis yang bersama-sama datang dengan tentara Jepang, mereka terus giat dengan berbagai semboyan yang muluk-muluk. Semboyan-semboyan ini umumnya berdasarkan pada politik rasial.

Kita masih ingat propaganda mereka di Indonesia yang berbunyi “Nippon-Indonesia samasama”dan “Asia untuk Orang Asia”. Semboyan ini sangat mempengaruhi orang-orang Indonesia, baik tua maupun muda di kala itu, karena tidak banyak orang Indonesia yang mengenal dan mengetahui seluk beluk pemerintah pendudukan Jepang mendarat di pulau Jawa, mereka juga sering menyebut persamaan Nippon, dan Indonesia. Tentu saja hal tersebut sangatlah berkesan di hati orang-orang Indonesia pada mulanya. Hal yang paling utama dan paling giat yang dilakukan Jepang selama mereka menduduki apa yang mereka namakan daerah selatan, ialah men”Jepang”kan penduduk, terutama angkatan mudanya. Men”Jepang”kanpenduduk berarti melakukan penjajahan politik, ekonomi, dan budaya, sistem ini sudah terbukti bagi Jepang di negeri-negeri yang sudah jauh lebih dahulu dikuasainya seperti: Taiwan, Korea, dan Mancuria. Sistem penjajahan yang demikian membuktikan bahwa penduduk yang sudah di Jepangkan lebih dahulu, mudah dikerahkan untuk berbagai macam usaha peperangan guna kebesaran negeri Matahari Terbit.
Sebelum Jepang datang ke Indonesia usaha-usaha untuk menarik simpati orang Indonesia sudah pernah dilakukan. Seperti, diundangnya para tokoh pergerakan, baik pergerakan nasional maupun pergerakan Islam ke Jepang, untuk melihat-lihat keberhasilan yang telah dicapai Jepang. Kepada kaum pelajar, Jepang memberikan beasiswa bagi mereka yang ingin menuntut ilmu di sana. Pada masa pergerakan nasional banyak orang Jepang yang mencari nafkah di Hindia Belanda sebagai pedagang, Mereka dikenal sebagai tuan-tuan toko. Sikap mereka terhadap orang-orang Indonesia yang sangat ramah, menjadikan mereka mendapat simpati dari masyarakat. Maka tak heran ketika Jepang datang, sambutan yang hangat pun diberikan penduduk begitu antusias.
Propaganda terus dilakukan. Untuk lebih memudahkan infiltrasi terhadap mereka dan untuk melaksanakan skema propaganda itu ke dalam operasi dilakukan dengan berbagai bantuan alat-alat media. Penggunaan media melalui surat kabar, poster, foto, siaran radio, pameran, pamflet, seni pertunjukan tradisional, pertunjukan gambar kertas, musik, sandiwara,drama, dan film. Di antara media tersebut penggunaan film merupakan alat propaganda yang paling efektif. Salah satu ciri utama propaganda Jepang di masa perang ialah penggunaan berbagai media tersebut secara positif, terutama ditekankan kepada media yang mengusik “pendengaran dan penglihatan” (audio visual) seseorang.

Media audio-visual ini dianggap paling efektif untuk mempengaruhi penduduk yang tidak berpendidikan dan buta huruf serta haus hiburan.Pada masa Jepang sendiri, film digunakan sebagai alat propaganda politik. Film mempunyai keunggulan dalam mengekpresikan gambar bergerak yang dapat dengan mudah dimengerti oleh penonton. Hal ini menyebabkan film dengan mudah mendapatkan banyak penggemar. Film merupakan salah satu media propaganda penting pada masa perang. Sebelum Perang Dunia Kedua, media ini tidak pernah digunakan sebagai alat indoktrinasi pilitik di Indonesia.
Jepang merupakan satu-satunya negara yang memanfaatkan mediafilm sebagai alat propaganda di dalam masyarakat Indonesia, khususnya Jawa. Kebijaksanaan kebijaksanaan yang berkaitan dengan produksi, distribusi dan pemutaran film di 7 Aiko Kurasawa, 1993, Mobilisasi dan Kontrol: Studi Tentang Perubahan Sosial diPedesaan di Jawa 1942-1945.Jawa masa pendudukan merupakan tiruan yang digunakan di Jepang masa perang melawan Cina tahun 1930-an.Segera setelah Angkatan Darat Ke-16 mengambil alih Jawa, staf Sendenbu bersama-sama pihak militer menyita semua perusahaan film, kemudian padabulan Oktober 1942, mereka membentuk suatu organisasi sementara untuk menjalankan kebijakan film. Organisasi ini disebut Djawa Eiga Kosha (KorporasiFilm Djawa) dan dikepalai oleh Oya Saichi, seorang penulis terkenal Jepang yangdipekerjakan sebagai anggota staf Sendenbu.Di Jawa, secara khusus dikembangkan produksi film yang bermula pada bulan September 1942, setelah korporasi film Jawa membuka studio mereka diJatinegara, dan setelah bulan April 1943 dilanjutkan oleh Nicchi-ei (perusahaan film Jepang).
Pada tahun 1943 perusahaan film Jepang memutar film-film produksinya sendiri. Film-film yang diputar biasanya berjangka waktu pendek, dan menggunakan kata-kata Indonesia serta bertema propaganda seperti film“Torpedo Tempaan Djiwa” yang bercerita tentang kejadiaan sebelum pecahnya perang asia timur raya.9 Film-film yang dibuat di Jawa, disesuaikan dengan situasidan kebutuhan lokal. Film-film ini merupakan propaganda dan bersifat instruktif.Salah satu contohnya adalah film “Neppu” yang berisi tentang anjuran agar giatbekerja di pabrik untuk dapat menghancurkan Amerika dan Inggris guna kemenangan tanah air.10 Hal ini sesuai dengan tujuan pemerintah pendudukan dimana penduduk Jawa akan dikerahkan untuk turut serta dalam peperangan itu, maka langkah awalnya adalah mengindoktrinasi mereka akan pentingnya perang bagi penduduk Jawa. Instruksi-instruksi yang terkandung dalam film tidak terbatas pada suasana politik dan spiritual tetapi juga termasuk ajaran-ajaran praktis dan teknis. Sebagai contoh film-film “Pemakaran Tombak Bamboe” dan “Indonesia Raja”mengajarkan ilmu militer dan lagu kebangsaan. Adapula film-film yang memberi pelajaran teknik pertanian dan kerajinan tangan seperti menenun, membajak tanah,menanam padi, dan membuat tambang. Film tentang Tanarigumi (rukuntetangga) menggambarkan kegiatan sehari-hari dari rukun tetangga dan untuk mengembangkan pemahaman peran dan sifatnya.
Film Taiteki Kanshi(mewaspadai musuh) menginstruksikan bangsa Indonesia agar bersikap waspada terhadap musuh. Penggunaan film-film semacam ini sebagai sarana instruksi teknis secara keseluruhan merupakan suatu yang baru bagi orang Jepang maupun orang Jawa. Kenyataannya film-film masa perang ini dapat dianggap sebagai perintis pendidikan audio visual kontemporer  Topik film berita pada umumnya berhubungan dengan perkembangan politik dan gerakan massa. Kemudian disusul dengan topik film berita yang menyangkut masalah pertahanan dan ekonomi.

Propaganda Jepang di Jawa 1942-1945
Propaganda Jepang sebelum Invasi ke Indonesia Jauh sebelum menguasai Indonesia, Jepang sudah mempersiapkan diriuntuk mengambil hati rakyat Indonesia yang ketika itu masih berada di bawah kekuasaan kolonialis Belanda. Propaganda menjadi alat utama bagi Jepang untukmenarik simpati rakyat Indonesia, sehingga bangsa itu telah mempersiapkannya secara sistematis selama beberapa tahun sebelum melaksanakan invasi ke wilayahSelatan. Awal persiapan materi propaganda ditandai dengan penerbitan artikel yang itulis oleh Jenderal Arki,Menteri Urusan Perang, dalam bulan April 1932. Artikelitu berjudul The Call of Japan in the Sowa Period (Seruan Jepang pada Masa Sowa), yang memuat ajaran bahwa jepang harus mengikuti Imperial Way (Jalan Kekaisaran) untuk mengangkat bangsa Yamamoto, dan untuk menyelamatkan Asia Timur serta dunia. Jenderal Araki mengakhiri artikel ini dengan suatupenegasan bahwa misi bangsa Jepang adalah menyebarluaskan doktrin Imperal Way diseluruh lautan dan dunia. Jederal Araki juga menulis The Present Positionof East Asia, yang menampakkan cirri utama fasisme,yakni rasialis dan imperialis.
“Kekaisaran Jepang,dalam sudut pandangnya sendiri dan sudut pandang orang lain, pemimpin Asia Timur dan dengan kekuatan semacam itu, yang disebut Kodo atau Jalan Kekaisaran, dalam rangka perluas dan penyelamatan negeri-negeri yang tertindas, tidak dapat lagi tinggal diamdan hanya melihat tanpa melakukan apapun” (terjemahan oleh Penulis). Dalamtulisan tersebut tampak jelas bahwa Jepang telah mempropagandakan dirinya sebagai bangsa pemimpin dan penyelamat bagi bangsa-bangsa Asia yang terjajah, tetapi tanpa menyatakan tindakan agresifnyauntuk menguasai wilayah-wilayah lain. Tindakan itu merupakan salah satu karakter pasif Jepang. Seperti kaum fasis yang lain, ketika itu Jepang telah melegitimasi perannya sebagai pemegang kekuatan atas bangsa-bangsa Asia Timur.
Slogan kemanusiaan untuk membebaskan bangsa-bangsa yang tertindasoleh bangsa Barat, sesungguhnya merupakan kedok Jepang untuk melakukan ekspansi ke wilayah-wilayah lain dan menampilkan diri di panggung kekuasaan dunia.96 Segera setelah pecah perang di eropa dalam bulan September 1939, Jepang mulai mempersiapkan diri untuk mengadakan invasi ke wilayah-wilayah disebelah Selatan Jepang. Indonesia merupakan sasaran invasi jepang yang penting karena wilayah itu memiliki persediaan bahan mentah seperti minyak, karet, imah, bosit, manggan yang sangat diperlukan untuk mendukung kepentingan perang. Untuk persiapan penyerbuan ke wilayah Selatan, propaganda pun semakin diperkuat. Dalam musim panas tahun 1940 Pangeran Konoye meresmikan empat biro propaganda di Tokyo. Biro propaganda yang utama adalah CabinetInformasion Biro, sedangkan tiga biro yang lain ditempatkan dikementrian luar negeri,markas militer, dan di Taisei Yomusankai (Pergerakan Nasional Baru). ropaganda disiarkan melalui radio, pers, dan pamphlet dan dilaksanakan oleh organisasi-organisasi propagandis, sebagai contoh Great Asia Society South danSeas Association. Selain melalui media komunikasi, propaganda juga dilakukan secara lisan oleh para propagandis, dan mengundang bangsa-bangsa Asia lainnya untuk mengikuti pendidikan serta bekerja di Jepang.98 Khususnya untuk Indonesia, sasaran pertama Jepang para wartawan atau orang-orang yang bergiatdalam persuratkabaran.
Pada tahun 1933 Jepang telah mengundang pemimpin redaksi surat kabar Bintang Timoer, bersama dengan wartawan lainnya, untuk mengunjungi Jepang. Undangan ini dimaksudkan untuk menanamkan rasa hutang budi, sehingga para wartawan Indonesia itu bersedia menyiarkan tulisan-tulisanyang mendukung Jepang.

2.3 Kebijakan Pemerintah Militer Jepang
Dengan menyerah tanpa syarat oleh Letnan Jendral H. Terpoorten Panglima Angkatan perang Hindia Belanda atas nama Angkatan Perang Serikat di Indonesia kepada Tentara Ekspedisi Jepang di bawah pimpinan Letnan Jendral Hitoshi Imamura pada taggal 8 Maret 1942, berakhirlah pemeritahan Hindia Belanda di Indonesia dan dengan resmi ditegakan kekuasaan kemaharajaan Jepang.  Masa pendudukan Jepang dari bulan Maret 1942 sampai Agustus 1945 merupakan suatu pengalaman berat dan pahit bagi kebanyakan orang Indonesia. Kebijakan pemerintah  militer Jepang diantaranya yaitu:

2.3.1 Pembentukan Organisasi Sosial
Pada zaman Jepang, semua partai politik dibubarkan. Kegiatan politik pergerakan nasional Indonesia dikendalikan oleh Jepang untuk membantu Jepang dalam perang. Jawatan propaganda giat melancarkan propaganda. Isi propaganda adalah bahwa Jepang mengobarkan perang Asia Timur Raya untuk membebaskan seluruh Asia dari penjajahan bangsa Barat. Selain itu, Jepang mempersatukan Asia dalam Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya di bawah kepemimpinan Jepang.
Salah satu upaya pemerintah Jepang agar rakyat dan pemimpin nasional Indonesia mau mendukung Jepang adalah dengan mendirikan beberapa organisasi dan perkumpulan. Organisasi dan perkumpulan yang didirikan pemerintah Jepang di antaranya adalah Gerakan Tiga A, Putera, Jawa Hokokai, MIAI dan Masyumi.
1.      Gerakan Tiga A
Gerakan Tiga A didirikan pada bulan April 1942. Kantor propaganda Jepang mendirikan Gerakan ini dengan semboyannya:
·         Nippon Pemimpin Asia,
·         Nippon Pelindung Asia, dan
·         Nippon Cahaya Asia.
Gerakan ini mengadakan kursus-kursus bagi para pemuda untuk menanamkan semangat pro Jepang demi menghadapi pasukan sekutu dalam Perang Asia Timur Raya. Gerakan Tiga A dipimpin oleh Mr. Syamsuddin. Mr. Syamsudin adalah bekas anggota Parindra pada zaman Hindia Belanda. Pada tahun 1943, Gerakan Tiga A dibubarkan karena dianggap gagal dan tidak memberikan keuntungan bagi pihak Jepang.

2.      Pusat Tenaga Rakyat (Putera)
Putera (Pusat Tenaga Rakyat) dibentuk untuk mengganti Gerakan Tiga A. Gerakan yang didirikan pada tanggal 1 Maret 1943 ini dipimpin oleh empat serangkai, yakni Soekarno, Mohammad Hatta, K.H. Mas Mansyur, dan Ki Hajar Dewantara. Bagi Jepang, Putera dibentuk dengan tujuan untuk memusatkan seluruh kekuatan masyarakat demi membantu usaha Jepang. Tugas pemimpin Putera adalah memimpin rakyat supaya kewajib dan bertanggug jawab dalam menghapus pengaruh Barat. Rakyat Indonesia harus mengambil bagian dalam usaha mempertahankan Asia Timur Raya dan mempererat persaudaraan Indonesia dan Jepang dengan menggiatkan pelajaran bahasa Jepang.
Jepang menganggap Empat Serangkai sebagai lambang dari aliran-aliran pergerakan nasional Indonesia yang dapat menggerakkan seluruh Indonesia untuk kepentingannya. Putera mendapat sambutan dari organisasi-organisasi yang ada. Beberapa organisasi yang bergabung dengan Putera adalah Persatuan Guru Indonesia, Perkumpulan Pos Telepon dan Telegraf, Pengurus Besar Isteri Indonesia, Badan Perantaraan Pelajar-pelajar Indonesia (Baperpi). Karena kegiatan Putera lebih menguntungkan pejuang kemerdekaan dari-pada menguntungkan Jepang, maka Putera dibubarkan pada tahun 1944.

3.      Jawa Hokokai
Pada tahun 1944, Panglima Tentara Jepang di Jawa menyatakan berdirinya Jawa Hokokai (Gerakan Kebaktian Jawa). Organisasi ini dibentuk karena karena semakin menghebatnya perang di Asia dan Pasifik. Oleh karena itu, segenap rakyat lahir dan batin perlu digiatkan dan dipersatukan. Jawa Hokokai berasal dari hoko seishin (semangat kebaktian). Kebaktian itu memiliki tiga dasar, yaitu: mengorbankan diri, mempertebal persaudaraan, dan melaksanakan tugas untuk Jepang. Tiga hal inilah yang dituntut dari seluruh lapisan masyarakat Indonesia berhubung dengan semakin gawatnya perang. Jawa Hokokai dinyatakan sebagai organisasi resmi pemerintah yang langsung berada di bawah pengawasan pejabat-pejabat Jepang. Kegiatan Jawa Hokokai meliputi hal-hal berikut.
1)      Melaksanakan segala sesuatu dengan nyata dan ikhlas untuk menyumbangkan segenap tenaga kepada pemerintah Jepang.
2)      Memimpin rakyat untuk menyumbangkan segenap tenaga berdasarkan semangat persaudaraan antar segala bangsa.
3)      Memperkokoh pembelaan tanah air.
Jawa Hokokai merupakan organisasi pusat dengan unit kegiatan seperti bidang pengajaran (guru), organisasi budaya, dan perusahaan. Selain itu, Jawa Hokokai juga bertugas mengerahkan rakyat untuk mengumpulkan padi, permata, besi tua, dan menanam jarak untuk diserahkan kepada Jepang. Pengendalian terhadap kegiatan politik harus diketahui Jepang serta dipergunakan untuk kepentingan Jepang pula. Untuk meningkatkan kesiapsiagaan rakyat Indonesia, pada tanggal 14 September 1944 dibentuk Barisan Pelopor sebagai bagian dari Jawa Hokokai. Barisan Pelopor ini merupakan organisasi pemuda pertama yang langsung dibimbing oleh kaum nasionalis Indonesia. Pemimpin Barisan Pelopor adalah Soekarno, R.P. Suroso, Otto Iskandardinata, dr. Buntaran Martoatmojo. Barisan Pelopor juga dikerahkan untuk mendengarkan pidato dari pemimpin- pemimpin nasionalis. Mereka juga dilatih cara-cara menggerakkan massa dan memperkuat pertahanan. Melalui Barisan Pelopor, golongan pemuda terpelajar berusaha mempengaruhi rakyat. Mereka menyesuaikan diri dengan keinginan rakyat serta mengobarkan semangat nasional dan rasa persaudaraan.












BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masa pendudukan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 dan berakhir pada tanggal 17 Agustus 1945 seiring dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno dan M. Hatta atas nama bangsa Indonesia. System pemerintahan Jepang yang diterapkan diIndonesia adalah Jepang menegakan pemerintahan militer yang diperintah oleh angkatan darat dan angkatan laut. Organisasi dan perkumpulan yang didirikan Jepang diantaranya adalah: Gerakan Tiga A, Putera, Jawa Hokokai, MIAI dan masyumi.
Pada masa kedudukan jepang di indonesia hingga menjelang kemerdekaan banyak menggunakan usaha-usaha propaganda, bentukan organisasi-organisasi, misalnya organisasi sosial, diantaranya gerakan 3A, putera, jawa hokokai, dan MIAI, selain itu ada juga bentukan organisasi Militer diantaraya heiho, dan PETA.
Jepang menyadari perlunya bantuan pemduduk setempat dalam rangka mempertahankan kedudukannya dikawasn Asia. Pada bulan april 1943, pemerintahan militer Jeapang secara inisiatif  mulai mengorganisir barisan pemuda. Barisan pemuda ini berciri semi militer maupun militer. Tujuan Jepang adalah untu mendidik dan melatih para pemuda agar mampu mempertahankan tanah air Indonesia dari serangan pasukan sekutu. Berbagai barisan pemuda yang berbentuk semi militer antara laian Seinendan, Fujinkai, dan Keibodan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makalah Renang

BAB I  Pendahuluan  1.1. Dasar Pembuatan makalah ini tentang bidang olahraga “renang” yang dibuat untuk memenuhi tugas Pendidikan J...