Kamis, 10 Oktober 2019

Karya ilmiah Tidur pempengaruhi Konsetrasi


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Karya ilmiah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga Karya ilmiah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
            Harapan saya semoga Karya ilmiah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Karya ilmiah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Bekasi, 07 Mei 2019



            DokumenQ












DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................              i
DAFTAR ISI .........................................................................................................               ii

Bab I
Pendahuluan ................................................................................................               1
1.1 Latar Belakang Penelitian ............................................................................                 1
1.2 Permasalahan ................................................................................................                 1
1.3 Tujuan Penelitian ..........................................................................................                 1
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................                 1

Bab II
Kajian Pustaka ...........................................................................................                2
2.1 Pengertian dan Teori Tidur .........................................................................                 2
2.2 Fisiologi Tidur ...............................................................................................                 3
2.3 Jenis-jenis Tidur ............................................................................................                 3
2.4 Siklus Tidur ...................................................................................................                 5
2.5 Pola Tidur ......................................................................................................                 5
2.6 Pola Tidur yang Tidak Baik .........................................................................                6
2.7 Faktor yang Mempengaruhi Tidur .............................................................                 7
2.8 Hubungan Pola Tidur dan Konsentrasi ......................................................                8
           
Bab III
PENUTUP ...........................................................................................................                 9
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................                  9
3.2 Saran ..............................................................................................................                 9
Daftar Pustaka ..........................................................................................               10








Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Penelitian
Fase remaja adalah fase tumbuh kembang dengan karakteristik terdapat perubahan penting dalam fungsi kognitif, perilaku, sosial, dan emosional sesuai perkembangan biologis, serta adanya fungsi dan tuntutan baru dalam lingkungan keluarga maupun sosial. Pada remaja terdapat perubahan dramatis dalam pola tidur-bangun meliputi durasi tidur berkurang, waktu tidur tertunda, dan perbedaan pola tidur pada hari kerja dan akhir pekan.  Pola tidur yang buruk mengakibatkan rasa mengantuk pada siang hari, yang menyebabkan gangguan dalam konsentrasi dan proses belajar. Hal inilah yang membuat penulis menetapkan ‘Pengaruh Pola Tidur terhadap Konsentrasi Belajar Siswa SMA’ sebagai bahan penelitian untuk karya tulis berikut.

1.2 Permasalahan
1)      Apakah yang menyebabkan buruknya pola tidur siswa SMA?
2)      Bagaimanakah pengaruh pola tidur terhadap konsentrasi belajar siswa SMA?

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah:
1)      Mengetahui faktor penyebab buruknya pola tidur siswa SMA
2)      Mengetahui pengaruh pola tidur terhadap konsentrasi belajar siswa SMA

1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penulisan karya tulis ini adalah:
1)      Menambah wawasan pembaca mengenai pengaruh pola tidur terhadap konsentrasi belajar siswa SMA
2)      Melatih penulis supaya cermat dalam menganalisis data hasil penelitian







Bab II
Kajian Pustaka

2.1 Pengertian dan Teori Tidur
Tidur berasal dari kata bahasa latin “somnus” yang berarti alami periode pemulihan, keadaan fisiologi dari istirahat untuk tubuh dan pikiran. Tidur adalah sesuatu hal yang dilakukan manusia untuk menghilangi rasa letih setelah seharian beraktivitas. Setiap menusia memerlukan istirahat dan tidur yang cukup.
Tidur dapat didefenisikan sebagai keadaan teratur, kambuhan, mudah reversible yang ditandai dengan keadaan yang relatif diam dan peningkatan pada ambang respon terhadap rangsangan luar relatif terhadap keadaan terjaga (Buku Saku Psikiatrik, 2003:333)
Berikut adalah pendapat beberapa ahli tentang tidur:
a)      Menurut Perry dan Potter ( 2005 ) tidur adalah suatu keadaan yang berulang - ulang, perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu.
b)      Menurut Guyton ( 1997 ) tidur adalah sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana orang tersebut dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsangan lainnya.
c)      Menurut Yolanda Amirta ( 2007 ), makna dasar tidur adalah suatu keadaan dimana otak dan pikiran serta tubuh diberi kesempatan untuk beristirahat. 
Green (2011), menjelaskan tentang teori yang membahas bagaimana tidur bisa terjadi. Restoration Theory yang telah diperkenalkan oleh Oswald (1966). Menurut Oswald, fungsi daripada tidur adalah untuk mengembalikan (restore) fungsi tubuh semasa periode tanpa aktivitas supaya fungsi biologi tubuh yang adekuat dapat dipastikan. Hibernation Theory oleh Webb (1974) yang dikutip oleh Mcconnell (2011:324). Teori ini merupakan salah satu teori evolusi mengenai tidur. Teori evolusi pada umumnya mencanangkan bahwa tidur berlaku untuk membenarkan peluang yang lebih baik kepada organisme supaya dapat bertahan pada lingkungan yang berbahaya.
Salah satu contoh pola tidur yang tidak baik adalah kurang tidur. Pada dasarnya penyebab kurang tidur disebabkan oleh diri kita sendiri. Menurut Carpenter dan Graham bahwa remaja sering kurang tidur karena adanya perubahan denyut jantung yang diakibatkan oleh perubahan hormon yang dihasilkan oleh otak. Selain itu, perkembangan teknologi seperti permainan lewat komputer, internet, video dan televisi juga menjadi penyebab utama kurangnya tidur pada siswa.
Dari beberapa pendapat para ahli tentang tidur dapat disimpulkan bahwa tidur sangat penting bagi tubuh. Karena pada saat tidur sebagian organ tubuh termasuk otak akan beristirahat. Jika kita kurang tidur maka otak kita pun kurang istirahat, hal itu menyebabkan konsentrasi belajar menjadi terganggu. Jam biologis merupakan pengatur waktu internal dalam tubuh yang bekerja secara otomatis. Jam biologis manusia sudah terprogram secara genetik untuk menentukan waktu bangun dan tidur kita. Setiap orang memiliki jam biologis yang berbeda-beda tergantung pada umurnya. Jika kita melawan jam biologis maka akan berdampak buruk bagi kesehatan.
2.2 Fisiologi Tidur
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur (Hidayat, 2008).
Pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Reticular Activating System (RAS) berlokasi pada batang otak teratas. RAS dipercayai terdiri dari sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan tidur. Selain itu, RAS dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir.
Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada saat tidur, kemungkinan disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu Bulbar Synchronizing Regional (BSR), sedangkan saat bangun tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan sistem limbic. Dengan demikian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Hidayat, 2008).
Ketika orang mencoba tertidur, mereka akan menutup mata dan berada dalam posisi relaks. Stimulus ke RAS menurun. Jika ruangan gelap dan tenang, maka aktivasi RAS selanjutnya menurun. Pada beberapa bagian BSR mengambil alih yang menyebabkan tidur (Potter&Perry, 2006).

2.3 Jenis-jenis Tidur
Pada hakikatnya tidur dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu tidur dengan gerakan bola mata cepat (Rapid Eye Movement – REM), dan tidur dengan gerakan bola mata lambat (Non-Rapid Eye Movement – NREM) (Asmadi, 2008).
a.              Tidur REM
Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial. Hal tersebut berarti tidur REM ini sifatnya nyenyak sekali, namun fisiknya yaitu gerakan kedua bola matanya bersifat sangat aktif. Tidur REM ditandai dengan mimpi, otot – otot kendur, tekanan darah bertambah, garakan mata cepat (mata cenderung bergerak bolak – balik), sekresi lambung meningkat, ereksi penis pada laki – laki, gerakan otot tidak teratur, kecepatan jantung dan pernapasan tidak teratur sering lebih cepat, serta suhu dan metabolisme meningkat.
Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur REM, maka akan menunjukkan gejala – gejala sebagai berikut:
            Cenderung Hiperaktif.
            Kurang dapat mengendalikan diri dan emosi (emosinya labil).
            Nafsu makan bertambah.
            Bingung dan curiga.

b.              Tidur NREM
Tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam. Pada tidur NREM gelombang otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang sabar atau tidak tidur. Tanda – tanda tidur NREM antara lain : mimpi berkurang, keadaan istirahat, tekanan darah turun, kecepatan pernapasan turun, metabolisme turun, dan gerakan bola mata lambat.
Tidur NREM memiliki empat tahap yang masing – masing tahap ditandai dengan pola perubahan aktivitas gelombang otak.
Keempat tahap tersebut yaitu :
1)                  Tahap I
Tahap I merupakan tahap transisi dimana seseorang beralih dari sadar menjadi tidur. Pada tahap I ini ditandai dengan seseorang merasa kabur dan rileks, seluruh otot menjadi lemas, kelopak mata menutup mata, kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan, kecepatan jantung dan pernapasan menurun secara jelas, pada EEG terlihat terjadi penurunan voltasi gelombang – gelombang alfa. Seseorang yang tidur pada tahap I ini dapat dibangunkan dengan mudah.

2)                  Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Tahap II ini ditandai dengan kedua bola mata berhenti bergerak, suhu tubuh menurun, tonus otot berlahan – lahan berkurang, serta kecepatan jantung dan pernapasan turun dengan jelas. Pada EEG timbul gelombang beta yang berfrekuensi 14 – 18 siklus/detik. Gelombang – gelombang ini disebut dengan gelombang tidur. Tahap II berlangsung sekitar 10 – 15 menit.

3)                  Tahap III
Pada tahap ini, keadaan fisik lemah lunglai karena tonus otot lenyap secara menyeluruh. Kecepatan jantung, pernapasan, dan proses tubuh berlanjut mengalami penurunan akibat dominasi sistem saraf parasimpatis. Pada EEG memperlihatkan perubahan gelombang beta menjadi 1 – 2 siklus/detik. Seseorang yang tidur pada tahap III ini sulit untuk dibangunkan.

4)                  Tahap IV
Tahap IV merupakan tahap tidur dimana seseorang berada dalam keadaan rileks, jarang bergerak karena keadaan fisik yang sudah lemah lunglai dan sulit dibangunkan. Pada EEG tampak hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekuensi 1 – 2 siklus/detik. Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20 – 30%. Pada tahap ini dapat terjadi mimpi. Selain itu, tahap IV ini dapat memulihkan keadaan tubuh.

5)                  Selain keempat tahap tersebut, ada satu tahap lagi yakni tahap V. Tahap kelima ini merupakan tidur REM dimana setelah tahap IV seseorang masuk ke tahap V. Hal tersebut ditandai dengan kembali bergeraknya kedua bola mata yang berkecepatan lebih tinggi dari tahap – tahap sebelumnya. Tahap V ini berlangsung sekitar 10 menit, dapat pula terjadi mimpi.

2.4 Siklus Tidur
Kondisi pre-sleep merupakan keadaan dimana seseorang masih dalam keadaan sadar penuh, namun mulai ada keinginan untuk tidur. Pada perilaku pre-sleep ini, misalnya seseorang pergi ke kamar tidur lalu berbaring di kasur atau berdiam diri merebahkan dan melemaskan otot, namun belum tidur. Selanjutnya mulai merasa kantuk, maka orang tersebut memasuki tahap I. Bila tidak bangun baik disengaja maupun tidak disengaja, maka selanjutnya ia memasuki tahap II. Begitu seterusnya sampai tahap IV, ia kembali memasuki tahap III dan selanjutnya tahap II. Ini adalah fase tidur NREM. Selanjutnya ia akan memasuki tahap V, ini disebut tidur REM. Bila ini telah dilalui semua, maka orang tersebut telah melalui siklus tidur pertama baik tidur NREM maupun REM. Siklus ini terus berlanjut selama orang tersebut tidur. Namun, pergantian siklus tidur ini tidak lagi dimulai dari awal tidur, yaitu pre-sleep dan tahap I, tetapi langsung tahap II ke tahap selanjutnya seperti pada siklus pertama. Semua siklus ini berakhir bila orang tersebut terbangun dari tidurnya (Asmadi, 2008).
Jika orang tersebut terbangun dan kembali tidur, yang merupakan hal yang sering terjadi pada lansia, maka tahap I akan dimulai kembali. Dalam pola tidur normal, sekitar 70 sampai 90 menit setelah awitan tidur dimulailah periode REM pertama, bergantian dengan tidur NREM pada siklus 90 menit selama periode tidur nocturnal. Konsekuensi dari terbangun, seperti untuk ke toilet pada malam hari atau prosedur keperawatan dapat menimbulkan efek buruk pada fisiologis dan fungsi mental lansia ( Stanley dan Bear, 2007).

2.5 Pola Tidur
Pola tidur adalah model, bentuk atau corak tidur dalam jangka waktu yang relatif menetap dan meliputi jadwal jatuh (masuk) tidur dan bangun, irama tidur, frekuensi tidur dalam sehari, mempertahankan kondisi tidur dan kepuasan tidur (Depkes dalam Siallagan, 2010).
Pola tidur normal dipengaruhi oleh gaya hidup termasuk stress pekerjaan, hubungan keluarga dan aktivitas sosial yang mengarah pada insomnia dan penggunaan medikasi untuktidur. Penggunaan jangka panjang medikasi tersebut dapat mengganggu pola tidur dan memperburuk masalah tidur (Potter & Perry, 2003).
Usia merupakan salah satu faktor penentu lamanya tidur yang dibutuhkan seseorang. Semakin tua usia, maka semakin sedikit pula lama tidur yang dibutuhkan (Asmadi, 2008).
Pola Tidur Normal Berdasarkan Tingkat Perkembangan / Usia:
                     Bayi Baru Lahir
Tidur 14–18 jam sehari, pernapasan teratur, gerak tubuh sedikit, 50% tidur NREM, banyak waktu tidurnya dilewatkan pada tahap III dan IV tidur NREM. Setiap siklus sekitar 45-60 menit.
                     Bayi
Tidur 12-14 jam sehari, 20-30% tidur REM, tidur lebih lama pada malam hari dan punya pola terbangun sebentar.
                     Toddler
Tidur sekitar 10-11 jam sehari, 25% tidur REM, banyak tidur pada malam hari, terbangun dini hari berkurang, siklus bangun tidur normal sudah menetap pada umur 2-3 tahun.
                     Pra Sekolah
Tidur sekitar 11 jam sehari, 20% tidur REM, periode terbangun kedua hilang pada umur 3 tahun. Pada umur 5 tahun, tidur siang tidak ada kecuali kebiasaan tidur sore hari.
                     Usia Sekolah
Tidur sekitar 10 jam sehari, 18,5% tidur REM. Sisa waktu tidur relatif konstan.
                     Remaja
Tidur sekitar 8,5 jam sehari, 20% tidur REM
                     Dewasa Muda
Tidur sekitar 7-9 jam sehari, 20-25% tidur REM, 5-10% tidur tahap I, 50% tidur tahap II, dan 10-20% tidur tahap III – IV.
                     Dewasa Pertengahan
Tidur sekitar 7 jam sehari, 20% tidur REM, mungkin mengalami insomnia dan sulit untuk dapat tidur.
                     Dewasa Tua
Tidur sekitar 6 jam sehari, 20-25% tidur REM, tidur tahap IV nyata berkurang kadang – kadang tidak ada. Mungkin mengalami insomnia dan sering terbangun sewaktu tidur malam hari.

2.6 Pola Tidur yang Tidak Baik
                     Insomnia
Insomnia adalah kesulitan untuk tidur atau kesulitan untuk hidup tertidur, atau gangguan tidur yang membuat penderita merasa belum cukup tidur pada saat terbangun. Ada Tiga macam insomnia :
o   Transient insomnia: kesulitan tidur hanya beberapa malam
o   Insomnia jangka pendek: dua atau empat minggu mengalami kesulitan tidur.
o   Insomnia kronis: kesulitan tidur yang dialami hampir setiap malam selama sebulan lebih.

                     Parasomnia
Parasomnia adalah suatu kelainan yang disebabkan kejadian perilaku atau psikologis abnormal yang muncul di kala tidur, tahapan tertentu, atau transisi fase tidur-terjaga. Parasomnia lebih umum terjadi pada anak-anak dan tidak selalu menandakan adanya masalah psikologis atau psikiatris yang signifikan.

                     Tidur Apnea
Tidur apnea adalah suatu kondisi dimana terjadinya penghentian napas disaat tidur. Tidur apnea sangat umum terjadi, layaknya diabetes yang lazim menimpa orang dewasa. Tidur apnea bisa muncul pada segala kelompok usia dan jenis kelamin, namun lebih umum menimpa kaum pria.

                     Narkolepsi
Kelainan tidur ini secara umum ditandai munculnya keinginan tidur di siang hari secara tak terkendali. Penderita sering kali jatuh tertidur di sembarang waktu dan tempat, juga terjadi berulang kali dalam sehari. Narkolepsi adalah kelainan neourologis (yang menyerang otak dan syaraf) kronis yang melibatkan system saraf pusat tubuh.

                     Paralisis Tidur
Paralisis tidur adalah fungsi alamiah tubuh yang menyebabkan penderitanya mengalami kelumpuhan dikala tidur.

2.7 Faktor yang Mempengaruhi Tidur
Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berbeda – beda. Ada yang kebutuhannya terpenuhi dengan baik, ada pula yang mengalami gangguan. Seseorang bisa tidur ataupun tidak dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya sebagai berikut :
a.                   Status Kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan ia dapat tidur dengan nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan istirahat dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga ia tidak dapat tidur dengan nyenyak. Misalnya pada klien yang menderita gangguan pada sistem pernapasan. Dalam kondisinya yang sesak napas, maka seseorang tidak mungkin dapat istirahat dan tidur (Asmadi, 2008).
b.                  Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur. Pada lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur dengan nyenyak. Sebaliknya lingkungan yang ribut, bising, dan gaduh akan menghambat seseorang untuk tidur. Keadaan lingkungan yang tenang dan nyaman bagi seseorang dapat mempercepat terjadinya proses tidur (Hidayat, 2008).
c.                   Stres Psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin darah melalui sistem saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM (Asmadi, 2008).
d.                  Diet / Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur. Protein yang tinggi seperti pada keju, susu, daging, dan ikan tuna dapat mempercepat proses tidur, karena adanya triptofan yang merupakan asam amino dari protein yang dicerna (Hidayat, 2008). Sebaliknya minuman yang mengandung kafein maupun alkohol akan mengganggu tidur (Asmadi, 2008).
e.                   Gaya Hidup
Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan tingkat menengah orang dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan yang berlebihan akan menyebabkan periode tidur REM lebih pendek (Asmadi, 2008).

f.                   Obat – Obatan
Obat dapat juga mempengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang dapat mempengaruhi proses tidur adalah jenis golongan obat diuretic menyebabkan seseorang insomnia, anti depresan dapat menekan REM, kafein dapat meningkatkan saraf simpatis yang menyebabkan kesulitan untuk tidur, golongan beta bloker dapat berefek pada timbulnya insomnia, dan golongan narkotik dapat menekan REM sehingga mudah mengantuk (Hidayat, 2008).
g.                  Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk tidur, yang dapat mempengaruhi proses tidur. Selain itu adanya keinginan untuk menahan tidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses tidur (Hidayat, 2008).

2.8 Hubungan Pola Tidur dan Konsentrasi
Jika ditinjau dari faktor yang menyebabkan gangguan konsentrasi, salah satu diantaranya adalah kondisi kesehatan siswa yang kurang baik. Dalam hal ini, pola tidur yang tidak baik akan mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Sementara kualitas tidur yang buruk akan mempengaruhi kondisi fisik seseorang, dimana sesuai dengan fungsi tidur yakni sebagai sarana beristirahatnya organ-organ tubuh, orang-orang yang kurang tidur akan memiliki tubuh yang kurang bugar sehingga sulit untuk berkonsentrasi.

















Bab III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kebutuhan tidur dan istirahat yang sesuai sama pentingnya dengan kebutuhan nutrisi dan olahraga yang cukup bagi kesehatan. Menurut Hodgson (1991) dalam Potter & Perry (2005), kegunaan tidur masih belum jelas, namun diyakini tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional dan kesehatan.
Tidur diperlukan untuk memperbaiki proses biologis secara rutin, selama tidur gelombang rendah yang dalam (NREM tahap IV), tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan sel khusus seperti sel otak. Sintesa protein dan pembagian sel untuk pembaharuan jaringan seperti pada kulit, sumsung tulang, mukosa lambung terjadi juga selama tidur dan istirahat Oswold (1984) dalam Potter & Perry (2005) kegunaan tidur yang lain adalah selama tidur tubuh akan menyimpan energi.
Menurut penelitian, orang yang tidur selama 6,5 sampai 7,5 jam dalam sehari akan memiliki hidup yang lebih panjang dari pada yang tidurnya hanya memakan waktu kurang dari 6,5 jam atau lebih dari 8 jam perhari (Japan Epidemiology Association). Pada tidur REM terjadi perubahan dalam aliran darah serebral, peningkatan aktivitas kortikal, peningkatan konsumsi oksigen dan pelepasan epinefrin, sehingga membantu penyimpanan memori dan pembelajaran maka tidur REM penting untuk pemulihan kognitif. Tanpa kebutuhan tidur dan istirahat yang cukup, konsentrasi dan pengambilan keputusan akan menurun (Potter & Perry, 2005).

3.2 Saran
Pola tidur selain berpengaruh pada konsentrasi belajar, juga tentu berpengaruh pada kesehatan kita. Maka dari itu, hendaklah kita mendisiplinkan pola tidur kita untuk mendapatkan kualitas tidur yang baik sehingga tubuh kita lebih sehat dan bugar serta mudah berkonsentrasi.










Daftar Pustaka

                     Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
                     Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.
                     Efendi, Ferry dan Makhfludli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
                     Hidayat, A. aziz. 2008. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
                     Iskandar, Yul. 2009. Pustaka Kesehatan Populer : Psikologi. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer
                     Iwan, 2009. Skala Insomnia (KSPBJ Insomnia Rating Scale). http://www.sleepnet.com . Diakses Tanggal 30 April 2017, Jam 10.00 WIB
                     Mfahreza. 2014. Pengertian konsentrasi menurut beberapa ahli. https://mfahreza742.wordpress.com Diakses Tanggal 14 April 2017, jam 15.37..
                     Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan edisi 4 volume 2. Jakarta : EGC
                     Sugiyono. 2011. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
                     Suparyanto. 2010. Konsep Insomnia. http://dr-suparyanto.blog.com. Diakses Tanggal 23 April 2011, Jam 11.45
                     Tamher, S. dan Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medik


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makalah Renang

BAB I  Pendahuluan  1.1. Dasar Pembuatan makalah ini tentang bidang olahraga “renang” yang dibuat untuk memenuhi tugas Pendidikan J...