Minggu, 06 Oktober 2019

Makalah bahaya Styrofoam Bagi Kesehatan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
       Kehidupan global merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan dan persaingan di segala bidang, baik di bidang Ilmu Pengetahuan maupun Teknologi (IPTEK), industri dan lainnya (Ginting, 2005). Persaingan di bidang industri menuntut kemajuan di bidang teknologi dan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Selain itu, persaingan dalam bidang industri dapat ditemui dengan adanya persaingan dalam membuat produk yang cepat saji, mudah dibawa kemana-mana, dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama.
       Untuk membuat produk seperti itu banyak pabrik-pabrik yang menggunakan bahan-bahan kimia untuk membuat kemasan penyimpan makanan. Kemasan tersebut dibuat untuk mampu menyimpan makanan dalam jangka waktu yang cukup lama, makanan yang disimpan tetap segar, sederhana, dan mudah untuk dibawa.  Kemasan makanan yang paling populer dan banyak digunakan belakangan ini adalah styrofoam. Hal ini disebabakan karena penggunaan styrofoam sebagai kemasan makanan memberikan harga yang relatif murah, simple, dan mudah untuk dibawa kemana-mana (Widyaningsih, 2010).
       Namun, disisi lain ternyata penggunaan styrofoam sebagai kemasan makanan memberikan berbagai dampak negatif terhadap kesehatan. Styrofoam yang digunakan sebagai pembungkus makanan dan minuman yang mengandung lemak mudah bereaksi dengan molekul lemak. Selain itu penggunaan styrofoam seagai pembungkus makanan mie instan dapat menyebabkan styrofoam terurai menjadi monomer stirena dan bercampur dengan mie yang akan kita makan. Sehingga secara langsung kita memakan monomer stirena dan masuk ke dalam tubuh. Padahal bahan-bahan tersebut dapat membahayakan kesehatan manusia karena bersifat karsinogen (menimbulkan kanker) dan dapat menyebabkan endocrine disruption (penyakit ganguan pada sistem endrokrinologi dan reproduksi pada manusia (Hidayat, 2011). Dengan demikian, dalam artikel ini akan dikaji tentang: (1) pengertian styrofoam dan (2) dampak penggunaan styrofoam.




1.2 Rumusan Masalah
       Berdasrkan pemaparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam karya ilmiah ini adalah sebagai berikut.
(1)       Apa yang dimaksud dengan styrofoam?
(2)       Bagaimana dampak dari penggunaan styrofoam?

1.3 Tujuan
       Seiring dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang diharapkan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai derikut:
(1)       Untuk mengetahui styrofoam
(2)       Untuk mengetahui damak dari penggunaan styrofoam

1.4 Manfaat
       Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan karya ilmiah ini adalah menambah informasi dan meningkatkan pemahaman pembaca tentang styrofoam, serta dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan kemasan styrofoam.











BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Styrofoam
       Styrofoam adalah nama yang dipakai zat polistirena ketika diperdagangkan     (Tyas, 2011). Polistirena adalah suatu polimer termoplastik yang terbentuk dari pelomerisasi stirena. Stirena merupakan suatu senyawa organik yang mempunyai rumus kimia C8H8 yang berwujud cair, tidak berwarna, dan mirib seperti minyak. Monomer-monomer stirena bergabung menjadi polistirena melalui rekais polimerisasi adisi.
       Styrofoam pada umumnya memiliki warna putih, terlihat bersih, bentuknya sederhana, tidak mudah bocor, mampu mempertahankan bentuknya, dan ringan. Warnanya yang putih dan terlihat bersih menyebabkan styrofoam sering dugunakan wadah tempat makanan. Bentuknya yang sederhana, tidak mudah bocor, mampu mempertahankan bentuknya dan ringan menyebabkan banyak orang menggunakannya sebagai wadah peralatan elektronik dan peralatan lainnya yang mudah dibawa kemana-mana. Selain itu styrofoam juga mampu mempertahankan panas dan dingin sehingga benda didalamnya tetap terasa hangat atau dingin (Surami dan Marzuki. 2011).
       Makanan yang disimpan di sana juga tetap segar dan utuh. Tidak hanya itu, alasan dipilihnya styrofoam sebagai bahan pembungkus makanan terlebih karena biaya pengemasannya yang murah. Dengan segala kelebihannya itulah maka styrofoam selalu menjadi pilihan bagi para pedagang untuk membungkus makanan. Praktis, nyaman, ringan dan ekonomis merupakan alasan mengapa orang tertarik menggunakan styrofoam. Di pasaran harga styrofoam hanya sekitar Rp 400 per buah. Jauh lebih murah dibanding daun pisang, yang umumnya dipakai oleh pedagang tradisional. Tak heran kalau produk-produk mulai dari sup sampai minuman ringan di restoran cepat saji menggunakan wadah ini.
       Styrofoam dibuat dari campuran 90-95% polistirena dan 5-10% gas seperti n-butana atau n-pentana. Dahulu, blowing agent yang digunakan adalah CFC (Freon), karena golongan senyawa ini dapat merusak lapisan ozon maka saat ini tidak digunakan lagi, kini digunakan blowing agent yang lebih ramah lingkungan. Polistirena dibuat dari monomer stirena melalui proses polimerisasi. Polistirena foam dibuat dari monomer stirena melalui polimerisasi suspensi pada tekanan dan suhu tertentu, selanjutnya dilakukan pemanasan untuk melunakkan resin dan menguapkan sisa blowing agent.
       Styrofoam merupakan bahan plastik yang memiliki sifat khusus dengan struktur yang tersusun dari butiran dengan kerapatan rendah, mempunyai bobot ringan, dan terdapat ruang antar butiran yang berisi udara yang tidak dapat menghantar panas sehingga hal ini membuatnya menjadi insulator panas yang sangat baik. Pada umumnya, semakin rendah kerapatan foam, akan semakin tinggi kapasitas insulasinya.

2.2 Dampak dari Penggunaan Styrofoam
       Perkembangan beberapa riset dan penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa ahli menunjukkan bahwa kemasan styrofoam yang digunakan untuk kemasan makanan ternyata memberikan dampak negatif bagi tubuh manusia. Hal ini disebabkan karena penggunana kemasan styrofoam sebagai kemasan makanan dapat memicu sel tumor dan kanker. Menurut penelitian para ahli, bahan pembentuk styrofoam yang disebut juga gabus, bersifat racun dan bisa mencemari makanan serta minuman. Terutama makanan yang masih panas dan berlemak ketika dimasukkan ke dalam wadah kemasan styrofoam tidak lama akan menyebabkan styrofoam terurai menjadi monomer-monomernya yang bersifat racun (Hidayat, 2011).
       Styrofoam merupakan salah satu golongan plastik yang merupakan polimer dan terdiri dari monomer-monomer penyusunnya. Polimer tersebut merupakan rantai panjang yang tersusun atas molekul-molekul kecil yang sebrulang (monomer). Monomer-monomer pada styrofoam dapat berpindah ke dalam makanan yang dibungkus dan selanjutnya berpindah ke dalam tubuh orang yang mengkonsumsinya. Monomer-monomer yang telah masuk ke dalam tubuh tidak larut dalam air sehingga tidak dapat dibuang keluar, baik melalui urine maupun kotoran, sehingga terjadi penumpukan bahan-bahan kimia di dalam tubuh.
       Penumpukan bahan-bahan kimia berbahaya dari plastik di dalam tubuh dapat memicu munculnya kanker. Bahkan, beberapa lembaga dunia seperti World Health Organization, International Agency for Research on Cancer, dan EPA (Enviromental Protection Agency) telah mengkategorikan styrofoam sebagai bahan karsinogen (bahan penyebab kanker) dan styrofoam juga ditemukan zat pengawet mayat (formalin). Berdasarkan penelitian, pembungkus berbahan dasar plastik rata-rata mengandung 5 ppm formalin. Satu ppm formalin adalah setara dengan satu miligram formalin per kilogram pelastik. Formalin pada plastik atau styrofoam ini, lanjutnya, merupakan senyawa-senyawa yang terkandung dalam bahan dasar plastik. Namun, zat racun tersebut baru akan luruh ke dalam makanan akibat kondisi panas, seperti saat terkena air atau minyak panas. Oleh sebab itu, hidangan panas yang akan disajikan ke dalam kotak styrofoam sebaiknya didinginkan terlebihdahulu dan diberi alas daun.
       Styrofoam berbahaya karena terbuat dari butiran-butiran styrene, yang diproses dengan menggunakan benzana. Padahal benzana termasuk zat yang bisa menimbulkan banyak penyakit. Benzana bisa menimbulkan masalah pada kelenjar tyroid, mengganggu sistem syaraf sehingga menyebabkan kelelahan, mempercepat detak jantung, sulit tidur, badan menjadi gemetaran, dan menjadi mudah gelisah. Dibeberapa kasus, benzana bahkan bisa mengakibatkan hilang kesadaran dan kematian. Benzena dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang mengandung benzena. Selanjutnya akan masuk ke sel-sel darah dan lama-kelamaan akan merusak sumsum tulang belakang. Akibatnya produksi sel darah merah berkurang dan timbullah penyakit anemia. Efek lainnya, sistem imun akan berkurang sehingga kita mudah terinfeksi. Pada wanita, zat ini berakibat buruk terhadap siklus menstruasi dan mengancam kehamilan. Dan yang paling berbahaya, zat ini bisa menyebabkan kanker payudara dan kanker prostat (Tyas, 2011).
       Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang mengungkapkan bahwa residu styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan. Semakin tinggi suhu makanan yang dimasukkan ke dalam styrofoam, semakin cepat terjadi perpindahan monomer stirena ke dalam makanan. Apalagi ke dalam makanan berwujud cair seperti bakso, mi ayam, sup, sayuran berkuah, dan sebagainya.
       Saat makanan panas dimasukkan ke dalam styrofoam, styrofoam akan menjadi agak sedikit lemas. Hal ini menunjukkan terputusnya ikatan-ikatan antar monomer stirena. Perpindahan monomer juga terjadi bila makanan atau minuman dalam wadah plastik terkena panas matahari secara langsung. Restoran-restoran siap saji dan tukang-tukang makanan di pinggir jalan, styrofoam digunakan untuk membungkus makanan yang baru dimasak. Bahkan ada restoran cepat saji yang memanaskan makanan yang telah terbungkus styrofoam di dalam microwave. Pemanasan ini menyebabkan banyak zat kimia yang pindah ke makanan dan akhirnya masuk ke dalam tubuh kita.
       Selain itu, apabila makanan berlemak yang disimpan dalam styrofoam maka bahan kimia yang terkandung dalam styrofoam akan mudah berpindah ke makanan. Perpindahannya akan semakin cepat jika kadar lemak dalam suatu makanan atau minuman makin tinggi. Selain itu, makanan yang mengandung alkohol atau asam (seperti lemon tea) juga dapat mempercepat laju perpindahan monomer stirena ke makanan.
       Styrene, bahan dasar styrofoam, memang bersifat larut dalam lemak dan alkohol. Karena itu, wadah dari jenis ini tidak cocok untuk tempat susu yang mengandung lemak tinggi. Begitu juga dengan kopi yang dicampur krim. Padahal, tidak sedikit restoran cepat saji yang menyuguhkan kopi panas dalam kemasan styrofoam. Makanan yang mengandung vitamin A tinggi sebaiknya juga tidak dipanaskan di dalam wadah styrofoam, karena stirena yang ada di dalamnya styrofoam dapat larut ke dalam makanan. Pemanasan akan memecahkan vitamin A menjadi toluena (pelarut stirena).
       Selain berefek negatif bagi kesehatan, styrofoam juga tidak ramah lingkungan. Hal ini menyebabkan styrofoam akan menumpuk begitu saja dan mencemari lingkungan. Styrofoam yang terbawa ke laut, akan dapat merusak ekosistem dan biota laut. Beberapa perusahaan memang mendaur ulang styrofoam. Namun sebenarnya, yang dilakukan hanya menghancurkan styrofoam lama, membentuknya menjadi styrofoam baru dan menggunakannya kembali menjadi wadah makanan dan minuman. Proses pembuatan styrofoam juga bisa mencemari lingkungan. Data EPA (Enviromental Protection Agency) menyebutkan, limbah berbahaya yang dihasilkan dari proses pembuatan styrofoam sangat banyak. Hal itu menyebabkan EPA mengategorikan proses pembuatan styrofoam sebagai penghasil limbah berbahaya ke-5 terbesar di dunia. Selain itu, proses pembuatan styrofoam menimbulkan bau yang tak sedap dan melepaskan 57 zat berbahaya ke udara. Dengan sifat-sifatnya seperti itu, sudah selayaknya kita lebih berhati-hati menggunakan styrofoam. Kalau hendak menggunakan styrofoam untuk menjaga makanan tetap hangat, sebaiknya makanan dimasukkan terlebih dahulu dalam wadah tahan panas dan dijaga tidak ada kontak langsung dengan styrofoam.
       Selain bahaya yang ditimbulkan dari penggunaan styrofoam, ternyata terdapat sedikit penggunaan sampah styrofoam yaitu sebagai bahan baku pembuatan batako. Pembuatan batako dari styrofoam sangat sederhana sehingga tidak perlu keahlian khusus. Komposisinya 50% styrofoam, 40% pasir, dan 10% semen. Penggunaan styrofoam bisa menghemat 50% kebutuhan pasir ketimbang penggunaan batu bata. Bahan baku styrofoam juga lebih unggul dibandingkan dengan semen karena dalam styrofoam terkandung banyak serat. Ini membuat fondasi bangunan yang menggunakan styrofoam lebih kuat.
       Uji coba pernah dilakukan Universitas Gajah Mada terhadap batako dari styrofoam. Bahan material styrofoam ternyata tahan gempa. Maka dari itu, batako jenis ini disarankan sebagai bahan material rumah agar bangunan lebih kokoh. Sifat styrofoam yang mengikat akan membuat batako kuat (Surami dan Marzuki, 2011). Cocok untuk daerah rawan gempa dan bangunan yang tinggi. Bobotnya yang ringan menjadikan pemasangan batako ini juga lebih cepat.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan dalam artikel ini, maka dapat disimpulan bebarapa hal sebagai berikut.
(1)                 Styrofoam merupakan nama dagang dari polistrirena yang terbuat dari reaksi polimerisasi adisi antar monomer-monomer stirena, styrofoam pada umumnya memiliki warna putih, terlihat bersih, bentuknya sederhana, tidak mudah bocor, mampu mempertahankan bentuknya, mudah dibawa, dan ringan.
(2)                 Dampak dari penggunaan styrofoam bagi kesehatan manusia adalah dapat menyebabkan penyakit gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia yang bersifat karsinogen dalam makanan yang telah mereka konsumsi.

3.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disarankan sebagai berikut.
(1)               Bagi masyarakat, hendaknya mengurangi pembelian makanan yang menggunaan styrofoam sebagai bahan kemasan makanan karena dapat mengganggu kesehatan manusia dan menyebabkan pencemaran lingkungan yang karena limbah dari styrofoam yang tidak ramah lingkungan.
(2)               Bagi pemerintah, hendaknya mengeluarkan kebijakan agar masyarakat mengurangi penggunaan styrofoam sebagai bahan kemasan makanan dan  memlakukan sosialisasi terhadap manfaat sampah styrofoam sebagai bahan baku pembuatan beton tahan gempa.






DAFTAR PUSTAKA

·         Ginting, Liasta. 2005. Ancaman Globalisasi dan Regionalisasi terhadap Persatuan dan Kesatuan Bangsa. Medan: Universitas Sumatra Utara.
·         Hidayat, Atep. 2011. Bahaya Kemasan Plastik. diakses dari: http://www.pantonanews. com/berita-119-bahaya-kemasan-plastik-.pdf.
·         Mulyono. 2006. Kamus Kimia. Jakarta: PT Bumi Aksara
·         Surami dan Marzuki. 2011. Bahaya dan manfaat Lain Penggunaan Styrofoam. diakses dari: http://www.berbagaihal.com/2011/04/bahaya-dan-manfaat-lain-pengguna-an. html.
·         Tyas. 2011. Art of Styrofoam. diakses dari: http://www.memobee.com/index.php?do=c. share mystory&idms=120.
·          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makalah Renang

BAB I  Pendahuluan  1.1. Dasar Pembuatan makalah ini tentang bidang olahraga “renang” yang dibuat untuk memenuhi tugas Pendidikan J...